Hukum Primbon Dalam Islam

Banyak yang bertanya, boleh kah menggunakan primbon? Haramkah berpedoman pada primbon?
Agar tidak salah paham, berikut penjelasannya.
Dalam khazanah keilmuan pesantren ada sebuah kitab Astrologi (ilmu perbintangan) yang ditulis oleh Ilmuwan muslim pada zaman Abbasiyah, Abu Ma’syar Al-Falaki. 

Beliau adalah murid Al-Kindi. Kitab yang beliau tulis berjudul seperti nama penulisnya sendiri, Abu Ma’syar Al-Falaki. Dulu, kitab tersebut banyak beredar di pesantren-pesantren salaf. Dalam kitab tersebut dijelaskan waktu-waktu tertentu, watak manusia yang lahir di waktu tertentu (seperti layaknya zodiak), dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya silahkan rujuk kitab tersebut.


Kitab Astrologi seperti itu hanya boleh dijadikan sebagai prediksi dalam kita hendak melakukan sesuatu, seperti halnya presiksi cuaca, kalau mendung prediksi kita akan turun hujan, maka kita bawa payung, tapi bisa jadi mendung itu hanya lewat, tidak turun hujan, makanya itu, semuanya kita serahkan pada Allah, karena walaupun ada tanda-tandanya, tetapi apa yang kita prediksikan itu belum tentu terjadi, karena semua tergantung kehendak Allah.

Ada hukum yang namanya sunnatullah, hukum kebiasaan / hukum ketetapan Allah yang sudah biasa terjadi dan diatur secara sistematik oleh Allah.
Misal api panas, es dingin, bintang, bumi, bulan, beredar pada garis edarnya masing-masing, itu adalah hukum-hukum sunnatullah. Tapi Allah bisa berkehendak lain di luar sunnatullah itu untuk menunjukkan bahwa Allah kuasa, misalnya api yang biasanya panas, bisa menjadi dingin ketika peristiwa namrud membakar Nabi Ibrahim a.s

Bahwasanya matahari, bumi, planet, bulan, manusia, hewan, jin hingga mikro organisme terkecil, semua telah Allah rancang memenuhi hukum ketetapan Allah tersebut, dan semua saling terkait, saling berhubungan.

Dan itu semua saling mempengaruhi, semisal, ketika cuaca panas, maka orang akan gampang marah, dan ketika cuaca sejuk, maka hati akan cenderung tenang. Mengapa bisa begitu? Itu karena saling mempengaruhi, ketika cuaca panas,  darah menjadi panas, tekanan darah naik, maka orang mudah marah, ketika udara sejuk, darah menjadi dingin, dan orang merasa relax, itu semua saling berhubungan.
Seperti halnya perbintangan, bulan, orang yang lahir dibulan sekian, tanggal sekian, posisi rasi bintang begini begitu, itu semua mempengaruhi perwatakan si bayi, karena semua yang ada di alam ini telah Allah ciptakan secara sistematis dan saling berhubungan.


Ibnul Farkah menyebutkan sebuah riwayat dari Imam Syafii bahwa jika ahli astrologi berkata dan meyakini bahwa yang mempengaruhi adalah Allah, dan Allah yang menjalankan kebiasaan bahwa terjadi demikian di hari demikian sedangkan yang mempengaruhi adalah Allah. Maka hal ini menurut saya tidak apa-apa, karena yang dicela itu apabila meyakini bahwa yang berpengaruh adalah nujum dan makhluk-makhluk (bukan Allah).
   

No comments:

Post a Comment